Film ini adalah edisi terakhir dari serial tentang Batman. Seperti film Hollywood pada umumnya, ceritanya sangat bisa ditebak. Mulai dari keterpurukan hidup seorang pria tampan yang bernama Bruce Wayne yang harus bersembunyi dari kehidupan Gotham City karena dianggap sebagai penjahat di edisi sebelumnya yaitu The Dark Knight. Nasib sial sepertinya tidak pernah berhenti mendatanginya. Mulai dari ketidakpercayaan penduduk Gotham City terhadapnya, perusahaannya yang harus bangkrut, orang kepercayaan keluarganya harus meninggalkannya, dan lainnya. Dan beruntunglah muncul seorang teroris yang bernama Bane membuatnya sekali lagi eksis di dunia persuperheroan. Saya tidak ingin membahas tentang perjalanan hidup seorang Wayne yang selalu dihinggapi keberuntungan dunia itu. Memang untuk mendapatkan kemenangan di akhir film, dia perlu melalui ujian yang sangat keras. Tapi tetap saja hasil akhir sudah ditangan. Kemenangan adalah milik superhero sang pembela kebenaran.
Saat menonton film ini, saya sempat terharu melihat kondisi Gotham City yang diciptakan oleh Bane. Meskipun dibangun atas dasar teror dan tekanan, tapi dunia yang seperti itu sangat indah menurut subjektif saya. Itulah revolusi yang sebenarnya. Pemerintahan diambil alih oleh rakyat sipil. Para pejabat hanya mempunyai satu tujuan hidup. Mati. Aparat pun tak bisa melakukan apa-apa karena tidak punya senjata. Kehancuran tatanan? Jelas. Hidup yang sudah bertahun-tahun dijalani tak bisa begitu saja dirubah polanya. Tak masalah. Terlepas dari baik ataupun buruknya, sesuatu yang baru itu selalu menyenangkan dan seru.
Si tampan Wayne pun tak berdaya. Dia tak akan bisa mengalahkan Bane tanpa mendapatkan bantuan dar semuanya. Mulai dari si seksi Catwoman, pria muda berbakat Robin, dokter yang ada di penjara, dan lainnya. Masih pantaskah Batman menyandang gelar sebagai superhero? Entahlah. Mungkin saya memang membenci makhluk yang bernama superhero. Tapi untuk sosok Batman ini, saya memberi sedikit applouse lah. Tokoh superhero mana sih yang lebih masuk akal dibanding Batman? Karena memang dia didukung oleh alat yang canggih dan kekayaan yang melimpah.
Kehidupan di Gotham City adalah gambaran kehidupan kita. Bagaimana seorang superhero dielu-elukan tanpa pernah ada niat untuk berusaha sendiri mendapatkan keselamatan itu. Kita terlalu berharap akan datang seorang penyelamat yang akan mengangkat kita dari keterpurukan dan teror kehidupan. Manja. Itu kata yang tepat. Gadget yang mendukung itu semua hanya akan dimiliki oleh sang superhero. Iyalah. Kita tidak mungkin punya mobil ataupun senjata yang secanggih Batman. Gimana caranya mau jadi superhero? Disinilah letak ketidakadilannya. Bayangkan saja kalau mobil canggih itu dipotong dan dibagi sesuai kebutuhan pemirsa. Ada yang menggunakan bannya untuk mengganti ban mobilnya, atau menggunakan setirnya sebagai stik untuk bermain game, senjatanya bisa dipakai membunuh penjahat, atau apapun lah. Ini perumpamaan saja. Kebaikan takkan menumpuk pada satu orang saja. Semua orang akan mampu eksis. Tapi karena Batman tetap menang, maka kehidupan manja ini akan terus berlanjut. Tatanan yang setara itu hanya akan ada dalam mimpi.
Ada satu hal penting lagi yang saya pelajari dari film ini. Ternyata revolusi itu terjadi karena cinta. Indah bukan ?
0 komentar:
Posting Komentar