Rabu, 14 November 2012

Sedikit tentang The Dark Knight Rises

Film ini adalah edisi terakhir dari serial tentang Batman. Seperti film Hollywood pada umumnya, ceritanya sangat bisa ditebak. Mulai dari keterpurukan hidup seorang pria tampan yang bernama Bruce Wayne yang harus bersembunyi dari kehidupan Gotham City karena dianggap sebagai penjahat di edisi sebelumnya yaitu The Dark Knight. Nasib sial sepertinya tidak pernah berhenti mendatanginya. Mulai dari ketidakpercayaan penduduk Gotham City terhadapnya, perusahaannya yang harus bangkrut, orang kepercayaan keluarganya harus meninggalkannya, dan lainnya. Dan beruntunglah muncul seorang teroris yang bernama Bane membuatnya sekali lagi eksis di dunia persuperheroan. Saya tidak ingin membahas tentang perjalanan hidup seorang Wayne yang selalu dihinggapi keberuntungan dunia itu. Memang untuk mendapatkan kemenangan di akhir film, dia perlu melalui ujian yang sangat keras. Tapi tetap saja hasil akhir sudah ditangan. Kemenangan adalah milik superhero sang pembela kebenaran.

Saat menonton film ini, saya sempat terharu melihat kondisi Gotham City yang diciptakan oleh Bane. Meskipun dibangun atas dasar teror dan tekanan, tapi dunia yang seperti itu sangat indah menurut subjektif saya. Itulah revolusi yang sebenarnya. Pemerintahan diambil alih oleh rakyat sipil. Para pejabat hanya mempunyai satu tujuan hidup. Mati. Aparat pun tak bisa melakukan apa-apa karena tidak punya senjata. Kehancuran tatanan? Jelas. Hidup yang sudah bertahun-tahun dijalani tak bisa begitu saja dirubah polanya. Tak masalah. Terlepas dari baik ataupun buruknya, sesuatu yang baru itu selalu menyenangkan dan seru.

Si tampan Wayne pun tak berdaya. Dia tak akan bisa mengalahkan Bane tanpa mendapatkan bantuan dar semuanya. Mulai dari si seksi Catwoman, pria muda berbakat Robin, dokter yang ada di penjara, dan lainnya. Masih pantaskah Batman menyandang gelar sebagai superhero? Entahlah. Mungkin saya memang membenci makhluk yang bernama superhero. Tapi untuk sosok Batman ini, saya memberi sedikit applouse lah. Tokoh superhero mana sih yang lebih masuk akal dibanding Batman? Karena memang dia didukung oleh alat yang canggih dan kekayaan yang melimpah.

Kehidupan di Gotham City adalah gambaran kehidupan kita. Bagaimana seorang superhero dielu-elukan tanpa pernah ada niat untuk berusaha sendiri mendapatkan keselamatan itu. Kita terlalu berharap akan datang seorang penyelamat yang akan mengangkat kita dari keterpurukan dan teror kehidupan. Manja. Itu kata yang tepat. Gadget yang mendukung itu semua hanya akan dimiliki oleh sang superhero. Iyalah. Kita tidak mungkin punya mobil ataupun senjata yang secanggih Batman. Gimana caranya mau jadi superhero? Disinilah letak ketidakadilannya. Bayangkan saja kalau mobil canggih itu dipotong dan dibagi sesuai kebutuhan pemirsa. Ada yang menggunakan bannya untuk mengganti ban mobilnya, atau menggunakan setirnya sebagai stik untuk bermain game, senjatanya bisa dipakai membunuh penjahat, atau apapun lah. Ini perumpamaan saja. Kebaikan takkan menumpuk pada satu orang saja. Semua orang akan mampu eksis. Tapi karena Batman tetap menang, maka kehidupan manja ini akan terus berlanjut. Tatanan yang setara itu hanya akan ada dalam mimpi.

Ada satu hal penting lagi yang saya pelajari dari film ini. Ternyata revolusi itu terjadi karena cinta. Indah bukan ?




Senin, 12 November 2012

KOBOI BERJAS ALMAMATER


Virus superhero koboi bukan baru-baru ini menjangkiti mahasiswa. Mahasiswa yang selalu mengamini kalau dirinya adalah central of discourse, agent of change, dan social control ternyata tak lebih hina dari seorang koboi. Datang ke satu tempat, bertindak selayaknya superhero yang membawa keselamatan bagi rakyat tertindas, menjadi idola yang dipuja-puja, dan akhirnya pergi. Mahasiswa pun begitu. Ketika ada kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat kecil, mahasiswa pun datang. Mereka melakukan demonstrasi disana-sini, berteriak atas nama rakyat, ketika tuntutannya dipenuhi mereka seenaknya mengklaim kalau itu adalah keberhasilan mereka, dan akhirnya mereka diam menunggu kasus lainnya untuk tampil di depan massa.

Contohnya saja jatuhnya rezim Soeharto 1998 yang lalu. Masih sering terngiang di telinga kita kalau turunnya Soeharto adalah berkat perjuangan mahasiswa di seluruh Nusantara. Memang saat itu mahasiswa membanjiri jalanan dan berteriak-teriak mengatasnamakan rakyat. Tapi memangnya yang turun ke jalan pada saat itu hanya mahasiswa? Segala elemen masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam perayaan pra turunnya kekuasaan Soeharto. Reformasi yang terjadi bukanlah semata-mata hasil karya mahasiswa. Mahasiswa hanyalah elemen kecil yang tergabung di dalamnya.

Pasca turunnya Soeharto, apa yang dilakukan mahasiswa? Mereka kembali ke kampus masing-masing dan diam sampai ada kasus selanjutnya. Tak ada sedikitpun bentuk pengawalan yang pasti dilakukan oleh mahasiswa. Ketika muncul kasus-kasus besar yang melibatkan petinggi-petinggi Negara, barulah mereka muncul lagi ke permukaan. Lihat saja kasus BHP dan kenaikan BBM. Mahasiswa berkoar-koar di jalan, kantor-kantor pejabat, bahkan media. Tapi coba kita lihat kasus yang sederhana yang ada disekelilingnya. Penggusuran di daerah sekitar kampus, anak-anak jalanan yang tidak sekolah, kekerasan akademik di kampus, hanya secuil mahasiswa yang ada. Mahasiswa membuat masyarakat kecil selalu mengharapkan pertolongan dari mereka dengan tidak adanya pengawalan lanjutan. Mereka tidak pernah mencerdaskan masyarakat agar mereka selalu muncul sebagai pahlawan. Tidak ada bedanya dengan para kapitalis yang selalu mereka maki itu.

Bukankah tujuan dari gerakan sosial adalah menciptakan tatanan hidup yang seimbang? Tak ada lagi kata bodoh dan pintar, miskin dan kaya, karena semua adalah sama. Dan tatanan ideal itu takkan pernah tercipta jika model pergerakannya seperti itu. Karena mahasiswa saja takkan mampu membuat perubahan. Perubahan yang sesungguhnya takkan pernah tercipta dari superhero.

FUN DIVE DAN TERUMBU KARANG


Terumbu karang adalah rumah yang indah bagi berbagai jenis spesies makhluk hidup yang ada di laut. Seperti kita manusia membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, begitu pula ikan dan kawan-kawannya. Waktu yang dibutuhkannya untuk tumbuh sangatlah lama sehingga perlu adanya usaha pelestarian yang dilakukan oleh manusia. Pelestariannya dengan cara tidak merusak ataupun mengambil sample dengan berlebihan.
Manfaat yang dihasilkan oleh terumbu karang itu tidaklah sedikit. Mulai dari sebagai tempat tinggal bagi ikan yang merupakan sumber penghasilan utama bagi nelayan, juga sebagai pemecah ombak untuk mencegah terjadinya abrasi. Terumbu karang juga merupakan salah satu makhluk hidup yang menghasilkan oksigen. Dan beruntunglah kepulauan Nusantara ini menjadi tempat penampungan bagi terumbu karang.
Terumbu karang yang berwarna-warni dan juga berbagai jenis biota laut lainnya sangat menarik perhatian para fun diver. Fun dive adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan di bawah laut. Untuk orang yang mempunyai hobi fotografi, kegiatan fun dive adalah pilihan tepat untuk rekreasi sambil menambah koleksi foto.
Di satu sisi, kegiatan fun dive dapat menyebabkan kerusakan karang. Apalagi jika orang yang menyelam itu bukanlah orang yang mempunyai pengetahuan lebih tentang laut. Banyak para fun diver yang asal menginjak ataupun mengambil karang di laut untuk dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Hal-hal seperti inilah yang dapat merusak ekosistem yang ada di laut. Kerusakan yang terjadi pada karang sangat fatal akibatnya. Contohnya Pulau Samalona di Makassar. Pulau ini adalah tempat rekreasi yang lumayan diminati. Pantai yang indah, juga keindahan bawah lautnya sangat menjual. Selain itu, lokasinya yang cukup dekat membuat orang tidak berpikir dua kali untuk kesana. Kerusakan karang yang terjadi disana adalah perbuatan para pengunjung yang semena-mena. Akibatnya, pulau nan indah itu mengalami abrasi besar-besaran. Bukan tidak mungkin jika di masa depan Pulau Samalona hanya sekedar sejarah keindahan alam yang ada di Makassar.
Kerusakan karang dapat dicegah jika setiap orang yang ingin menyelam dibekali pengetahuan tentang terumbu karang. Seperti pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang, seperti itulah kita dan terumbu karang.