HP adalah dunia kami. SMS dan telepon adalah bagiannya. Tak pernah ada keberanian untuk sekedar tersenyum. Apalagi menepuk bahu. Tapi itu cukup. Tak terasa, sudah tujuh tahun.
Dia selalu menciptakan jarak. Kadang jauh. Kadang dekat. Kadang hilang. Kami bahagia. Itu sebelum harga diri sampah itu muncul. Maka terciptalah kasta yang masing-masing dari kami memperebutkan tempat teratas. Ini bukan cinta. Murni persaingan.
Buah hatinya pun diabadikan dengan sosok dewi kebijaksanaan. Pria lemah yang dibungkus dengan tubuh yang kuat. Seakan tak punya jalan ke arah kemarahan. Ada alasan untuk melupakannya? Tidak.
Laki-laki pembohong. Hanya aku yang sadar. Berharga diri tinggi, sangat percaya diri, dan keras kepala. Tapi itu semua ditutupi oleh kabut senyuman manis, kata-kata indah, dan sikap seolah-olah rendah hati. Perawakan yang lamban. Tapi mampu menjadi apa saja. Untuk sekarang, laki-laki sampah ini adalah yang terakhir.
Minggu, 25 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar