Ini bukan soal persaingan. Ini juga bukan soal kasta. Ini hanya soal hati. Hanya soal perasaan. Perasaan iri kepada dia yang mampu untuk marah. Rasa iri yang tercipta karena tak mampu untuk marah. Sepele. Apa sih sulitnya marah ? Mungkin itu mudah baginya. Tapi tak mudah untukku.
Bayangkan, semua orang menganggap kau adalah orang yang santai. "Tak masalah kalau dia. Sudah biasa". Begitu kata mereka. Mungkin saja sudah terbiasa. Tapi apakah limit pun tak mampu hadir pada kebiasaan itu ? Hanya karena kebiasaan itu terlalu sering bergaul dengan tawa ? Tawa tak sama dengan senang. Itu yang kutahu.
Apakah harus marah dulu untuk menang ? Apakah harus memakai power sebagai pengganti bedak ? Apakah harus sok menjadi orang lain ? Aku rasa tak perlu. Hanya saja, perlu ada yang sadar, kalau limit pun bisa saja memakan rasa sabar.
0 komentar:
Posting Komentar