Hmm.. Tidak perlu ada kata kecuali di dunia ini. Karena kecuali membuat kita melangkahi dan akhirnya menendang kata. Kata yang adalah prinsip. Prinsip yang adalah harga diri. Harga diri yang adalah hidup. Ketika kau hitam, maka hitam lah. ketika kau putih, maka putih lah.
Siapa bilang tak ada yang pasti di dunia ini, sayang ? Segala-galanya menjadi pasti saat kau berteman dengan prinsip. Apa yang kau katakan, maka jadilah. Apa yang inginkan, maka jadilah. Itu kata orang suci. "Kecuali" itu hanya kau yang membuatnya. Tak masalah jika kau memilih untuk mengadakan "kecuali" itu. Hanya saja, tak perlu mengadakan sesuatu yang tak perlu ada, bukan ?
P.S : cuma ini yang ada Vivi. Bagaimana ?
Sabtu, 30 Maret 2013
Senin, 18 Maret 2013
JUMAT
Hai Jumat ! Hari ini aku ditemani segelas kopi dan beberapa batang rokok untuk menemuimu. Maaf karena aku tak sempat menyaksikan pertunjukan pagimu. Aku rindu padamu, Jumat. Meski dingin dan berkabut, tak mengurungkan niatkuuntuk menemuimu. Aku tahu, akan sangat banyak pertunjukanmu hari ini. Akan kusaksikan dari jalanan yang macet. Akan kusaksikan di ujung dermaga. Akan kusaksikan di bawah pohon. Akan kusaksikan hingga Sabtu datang melengserkan tahtamu. Dan akan kumulai dari sini.
Kantinnya kelautan, 15 Februari 2013
Kebiasaan
Tidak ada tempat yang benar-benar nyaman di dunia ini. Dan semua tempat adalah menarik ketika masih baru. Karena itulah, aku memilih untuk mencoba tempat-tempat yang baru. Begitu seterusnya. Jika aku sudah mulai nyaman di suatu tempat, maka dengan susah payah aku mendorong diriku untuk pergi. Why ? Karena segalanya menjadi tak seru lagi jika sudah menjadi kebiasaan.
Itu hanya sekedar pemikiran idealis yang bodoh. Seperti aku yang berpikir seperti itu. Narsisme yang membuat orang-orang sepertiku tak mampu melihat yang sebenarnya. Ya. Aku buta. Dan zona nyamanku adalah kebutaanku. Dan aku mencintai zona nyamanku. Mencintai kebutaan bahwa aku terkena virus narsisme. Bahwa aku memilih perjalananku sebagai tempat yang paling nyaman. Bahwa aku mengkambinghitamkan kebiasaan untuk melanjutkan perjalananku.
Selalu ada tempat tujuan yang tetap. Dan akan selalu ada. Ada tiga pilihan. Kembali ke start, menuju tempat berikutnya dan tinggal disitu, atau tetap berjalan. Kebiasaan akan membuatmu nyaman tinggal di suatu tempat. Tak perlu terus berjalan untuk membuatnya semakin seru. Cukup menambahkan kebiasaan-kebiasaan baru.
Itu hanya sekedar pemikiran idealis yang bodoh. Seperti aku yang berpikir seperti itu. Narsisme yang membuat orang-orang sepertiku tak mampu melihat yang sebenarnya. Ya. Aku buta. Dan zona nyamanku adalah kebutaanku. Dan aku mencintai zona nyamanku. Mencintai kebutaan bahwa aku terkena virus narsisme. Bahwa aku memilih perjalananku sebagai tempat yang paling nyaman. Bahwa aku mengkambinghitamkan kebiasaan untuk melanjutkan perjalananku.
Selalu ada tempat tujuan yang tetap. Dan akan selalu ada. Ada tiga pilihan. Kembali ke start, menuju tempat berikutnya dan tinggal disitu, atau tetap berjalan. Kebiasaan akan membuatmu nyaman tinggal di suatu tempat. Tak perlu terus berjalan untuk membuatnya semakin seru. Cukup menambahkan kebiasaan-kebiasaan baru.
Kata "MAAF"
Siapa bilang memberikan maaf itu sulit ? Itu hal yang sangat mudah. Apalagi, meminta maaf. Itu jauh lebih mudah dilakukan. Yah, dunia akan sangat indah jika semua persoalkan selesai dengan kata "maaf". Meskipun maaf itu dari hati, tak akan mengubah apapun. Dan meskipun berjuta maaf sudah diberikan, persoalan pun tak akan selesai.
Hei ! Untuk menyelesaikan persoalan harus ada korban. Tak ada yang gratis di dunia ini. Harus ada darah untuk membayar setiap kesalahan yang dibuat. Harus ada air mata untuk bisa melupakan kesalahan orang lain.
Manis, kau yang mengajarkanku tentang semua ini. Dan aku kecewa. Bahkan kata "MAAF" pun tak mampu kau ucapkan setelah menendangku.
Hei ! Untuk menyelesaikan persoalan harus ada korban. Tak ada yang gratis di dunia ini. Harus ada darah untuk membayar setiap kesalahan yang dibuat. Harus ada air mata untuk bisa melupakan kesalahan orang lain.
Manis, kau yang mengajarkanku tentang semua ini. Dan aku kecewa. Bahkan kata "MAAF" pun tak mampu kau ucapkan setelah menendangku.
Surat Putus
Kutatap matamu dalam-dalam. Kulihat sebongkah cinta disana. Untukku kah ? Ya. Untukku. Itu dulu, sayang. Itu dulu saat kau berkata, "Aku mencintaimu, perempuan." Sekian waktu berlalu. Telah banyak waktu yang kita buang bersama. Telah banyak kata cinta yang kita muntahkan. Dan akhirnya, kau menjadi kebiasaanku. Begitupun aku yang menjadi kebiasaanmu. Semua itu indah adanya.
Sayang, sekarang aku sadar. Sebongkah cinta yang dulu kulihat dimatamu, ternyata bukan untukku. Itu untuk dia. Dia yang kini datang kembali ke kehidupanmu. Kehidupan kita. Aku ingin rela. Rela berbagi dengannya. Tapi, aku tak mampu. Tak mampu melihat cinta yang sebongkah itu menjadi sebuah gunung.
Sayang, inilah saatnya. Saat dimana harus pergi. Harus pergi jauh dari kalian. Ya. Aku akan pergi. Takkan ada tangis. Takkan ada ciuman perpisahan. Takkan ada pelukan hangat. Hanya surat ini.
Dan akhirnya, tema tulisan akan berganti. Coretan di buku akan memudar. Gombalan dan rayuan akan habis. Semuanya akan pergi. Demi satu hal, masa depan.
Sayang, sekarang aku sadar. Sebongkah cinta yang dulu kulihat dimatamu, ternyata bukan untukku. Itu untuk dia. Dia yang kini datang kembali ke kehidupanmu. Kehidupan kita. Aku ingin rela. Rela berbagi dengannya. Tapi, aku tak mampu. Tak mampu melihat cinta yang sebongkah itu menjadi sebuah gunung.
Sayang, inilah saatnya. Saat dimana harus pergi. Harus pergi jauh dari kalian. Ya. Aku akan pergi. Takkan ada tangis. Takkan ada ciuman perpisahan. Takkan ada pelukan hangat. Hanya surat ini.
Dan akhirnya, tema tulisan akan berganti. Coretan di buku akan memudar. Gombalan dan rayuan akan habis. Semuanya akan pergi. Demi satu hal, masa depan.
"Pesanannya Andri minta dibikinkan surat putus"
Rabu, 06 Maret 2013
JANGAN
Jangan buat aku menunggu. Karena aku tak akan marah. Jangan membawakan pembanding. Karena aku akan tetap duduk disampingmu. Jangan bersikap kasar padaku. Karena aku akan menyuruh orang lain yang menemanimu. Jangan marah padaku. Karena aku akan duduk untuk memungut puing-puing sisa kemarahanmu. Jangan berusaha membuat lelucon. Karena aku akan marah. Jangan mengiyakan apapun yang kuminta. Karena aku akan pergi meninggalkanmu. Jangan pernah tertawa padaku. Karena aku hanya akan membalasnya dengan amarah. So, jangan lakukan apapun.
Langganan:
Postingan (Atom)